Minggu, 17 Februari 2008

Karya Tulis Ilmiah (Manajemen Ekspedisi Panjat tebing)

karya tulis ilmiah ini dibuat untuk mendapatkan unisi members

sebagai salah satu syarat untuk menjadi ketua mapala unisi


MANAJEMEN EKSPEDISI PANJAT TEBING



BAB I


PENDAHULUAAN

1.1 Latar belakang masalah

Tidak dapat dipungkiri bahwa alam merupakan suatu bagian dari kehidupan manusia. Tanah, udara dan air merupakan satu kesatuan alam yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan sebagai makhluk allah yang bernyawa. Ketiga komponen ini saling berinteraksi dalam suatu hierarki kehidupan agar dapat meneruskan kehidupannya yang berada dalam populasi yang berbeda, tetapi kehidupan manusia sangat mempengaruhi terhadap keseimbangan lingkungan di sekitarnya, demikian juga sebaliknya.

Keindahan alam yang merupakan anugerah dari sang pencipta dapat dijadikan sebagai salah satu sarana atau media bagi manusia untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Hutan yang lebat, gunung yang menjulang tinggi, dalamnya gua, arus sungai yang deras, terjalnya tebing yang berdiri kokoh menantang terjangan ombak lautan merupakan suatu bentuk sarana-sarana kegiatan alam bagi manusia. Kegiatan alam ini dapat disalurkan sebagai suatu bentuk kesenangan semata atau bahkan dapat dijadikan sebagai suatu hobi. Bahkan tidak jarang segelintir orang menjadikannya sebagai media penelitian.

Berbicara tentang kegiatan alam bebas sangat diperlukan persiapan yang baik dalam pelaksanaannya mengingat olahraga menantang ini sangat beresiko dan membutuhkan adrenalin yang tinggi. Salah satu bentuk kegiatan yang banyak digemari, terutama oleh para petualang muda adalah kegiatan panjat tebing. Kegiatan alam bebas ini bahkan dimasukkan sebagai salah satu cabang olahraga tingkat dunia. Karena semakin berkembangnya kegiatan ini bahkan tidak jarang juga dilakukan dalam skala besar yang diangkat dalam bentuk kegiatan ekspedisi.Paradigma yang tebangun di mapala unisi tentang ekspedisi pada jaman dulu yaitu kegiatan yang merupakan suatu perjalanan besar, dengan lokasi jauh, jalur yang baru, penuh tantangan, membutuhkan waktu relative lama, perlengkapan dan perbekalan yang banyak serta biaya yang tidak sedikit, ini coba dihilangkan dengan adanya ekspedisi 2006, karena sudah adanya konsep dasar ekspedisi yaitu tentang muatan ekspedisi yang mengarah kepada kepecinta alaman, keilmuan dan sosial budaya1, guna tercpainya tujuan dari mapala dalam pelaksanaannya Ekspedisi sudah sewajarnya melibatkan banyak pihak baik sebelum, saat pelaksanaan maupun setelah kegiatan ini berjalan. Mulai dari perencanaan lokasi, kesiapan kepanitiaan dan yang terpenting adalah kesiapan atlit itu sendiri. Oleh karena itu untuk melaksanakan ekspedisi mutlak membutuhkan pengelolaan yang baik agar ekspedisi berjalan dengan sukses dan mencapai tujuan yang diharapkan. Dan yang perlu diingat pengelolaan ini harus dipersiapkan sematang mungkin sebelum hari pelaksanaan.

I.2 Alasan Pemilihan Judul

Panjat tebing merupakan suatu kegiatan yang sudah banyak dilakukan oleh para petualang maupun pencinta alam, dalam usaha kegiatan ini tercakup beberapa skala besar maupun skala kecil salah satunya adalah ekspedisi, dan setiap kegiatan besar dan kecil skalanya membutuhkan suatau manajemen untuk mencapai target yang diharapakan.

Pada penulisan karya tulis ini penulis memilih judul MANAJEMEN EKSPEDISI PANJAT TEBING karena melihat kasus yang ada di mapala unisi pada kegiatan unisi expedition 2006 yang pada pelaksanaannya secara manejerial masih dirasa kurang dan belum tersistematika. Oleh karena itu untuk mencapai suatu muatan ekspedisi yang sesuai dengan rencana awal dan untuk menjalankannya mutlak membutuhkan pengelolaan yang secara sistematis agar ekspedisi terlaksana dengan sukses.




Stering comite unisi expedition,Konsep dasar unisi expedisi. 2006.

I.3 Rumusan masalah

Karya tulis ini mengangkat permasalahan bagaimana mengatur manajemen ekspedisi panjat tebing mulai dari pra, pelaksanaan sampai pasca kegiatan

I.4 Batasan masalah

Dalam batasan permasalahan ini penulis membatasi permasalahan pembahasan sebagai berikut :

1. Manajemen ekspedisi secara umum berhubungan dengan non teknis.

2. Manajemen ekspedisi panjat tebing mulai dari pra pelaksanaan, pelaksanaan sampai pada pasca kegiatan

I.5 Tujuan penulisan

Dalam tujuan penulisan ini penulis memiliki berbagai tujuan sebagai berikut:

1. Sebagai gambaran bagaimana pengelolaan ekspedisi panjat tebing.

2.Agar terciptanya suatu mekanisme yang baik dalam mempersiapkan ekspedisi panjat tebing.

I.6 Manfaat penulisan

Dalam penulisan ini ada diharapkan adanya manfaat untuk diambil sebagai berikut :

1. Dapat dijadikan sebagai acuan bagi para penggiat untuk melakukan ekspedisi panjat tebing.

2. Didapatkannya gambaran manajemen eksedisi panjat tebing khusunya di bagian teknis pelaksanaan.

3. Sebagai tambahan literature bagi anggota mapala ketika melakukan sebuah kegiatan ekspedisi.

I.7 Metode pencarian data

Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode dalam pencarian data sebagai penunjang penulisan, untuk itu penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut :

1. Studi pustaka

Penulis melakukan analisa data dari beberapa literatur yang berkaitan dengan manajemen ekspedisi panjat tebing mulai dari pra, pelaksanaan sampai pada pasca kegiatan.

2. Wawancara

Dalam hal ini penulis memperbanyak data berdasarkan proses wawancara kepada para penggiat yang pernah melakukan ekspedisi dan para penggiat yang bergelut di bidang panjat tebing.

3. Metode pengamatan langsung

penulisan karya tulis ini juga berdasarkan pada pengamatan langsung penulis pada kegiatan unisi expedition 2006 bali, lombok, sumbawa.

I.8 Sistematika Penulisan

Pada bagian ini akan dijelaskan sistematika penulisan mulai dari bab I-IV, yaitu sebagai berikut :

1. Bab I pendahuluan

Bab ini memuat uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode pencarian data dan sistematika penulisan

2. Bab II ekspedisi

Bab ini memberikan gambaran secara umum tentang ekspedisi, manajemen ekspedisi dan sistematika manajemen ekspedisi.

3. Bab III manajemen ekspedisi panjat tebing

Bab ini membahas manajemen ekspedisi khususnya pada kegiatan panjat tebing mulai dari pra, pelaksanaan sampai pada pasca kegiatan yang lebih mengarah pada bagian teknis.

4. Bab IV penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat sebagai butir-butir intisari dan hasil dari rumusan permasalahan yang di angkat penulis dan pembahasan pada bab sebelumnya. Saran berisi tawaran-tawaran baik untuk penulis maupun pembaca untuk di tindaklanjuti.

BAB II

EKSPEDISI

2.1 Pengertian Ekspedisi

Pengertian ekspedisi menurut bahasa yaitu pengiriman surat, perusahaan pengangkutan barang, perjalanan penyelidikan ilmiah ke suatu daerah yang kurang dikenal, pengiriman tentara untuk memerangi (menyerang, menaklukkan) musuh di suatu daerah yang jauh letaknya.

Sedangkan pengertian ekspedisi secara defenisi ada banyak pendapat. Diantaranya “ekspedisi adalah petualangan yang dilakukan pada daerah baru (bagi pelaksana). Ada juga yang mengatakan ekspedisi ialah “perjalanan jauh dan panjang ke suatu daerah yang belum pernah didatangi orang.”

Belum adanya standarisasi ekispedisi, sehingga menciptakan polemic yang berkepanjangan tentang makna, tujuan dan definisi ekspedisi. Tentang tempat, lamanya waktu kegiatan, berikut muatan yang akan dibawa dalam suatu ekspedisipun masih menjadi perdebatan, setidaknya Gladian Nasional pecinta alam XII di jawa timur belum mampu membuat suatu standar berikut mendefinisikan apa itu ekspedisi. Polemic inilah yang membuat masing masing organisasi pencinta alam berhak untuk mendefinisikan ekspedisi itu sendiri sesuai dengan kemampuan organisasi masing masing. Sehingga parameter maupun tolak ukur pun ditentukan melalui kesepakatan organisasi. Sehingg terdaptnya bergam pendapat tentang ekspedisi diantaranya ada yang mengatakan “ekspedisi adalah petualangan yang dilakukan pada daerah baru bagi pelaksana.

Berdasarkan statement diatas masih memakai paradigma bahwa ekspedisi itu harus jauh

Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ekspedisi ialah suatu perjalanan jauh dan panjang sehingga memakan waktu cukup lama yang dilakukan seorang atau sekelompok orang untuk tujuan petualangan ataupun ilmiah.

2.2 Pengertian Manajemen

Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan alam bebas apapun bentuknya merupakan kegiatan petualangan yang menantang dan penuh resiko. Para penggiatnya dituntut untuk harus dapat menguasai medan yang akan ditempuh melalui penguasaan skill, mental dan fisik yang mantap serta kerja sama tim yang kuat. Karena kegiatan ini melibatkan orang lain yang tergabung dalam sebuah tim.

Begitu kompleksnya kegiatan ini maka sangat diperlukan pengelolaan yang baik sebelum penggiat menjalankannya. Pengelolaan ini tidak hanya dilakukan saat di lapangan saja yang terfokus pada atlit, tetapi juga jauh sebelum kegiatan di lapangan dimulai. Persiapan dimulai dari pencarian data, penggalian dana sampai pada persiapan atlit sebelum keberangkatan.




2 kamus lengkap bahasa indonesia

Manajemen itu sendiri berarti suatu proses yang sistematis melalui POAC (planning organizing, actuating, control) untuk mencapai suatu tujuan. Dan orang yang melakukan manajemen itu adalah Manajer, dan seorang manajer harus bisa:

1. conceptual skill (kemampuan untuk membuat suatu rancangan)

2. Human Skill ( kemampuan berkomunikasi dengan seksama )

3. technical skill (kemampuan menguasai teknik lapangan) 3

3 arifin zaenal IR,MT,mata kuliah manajemen proyek,2006

2.3 Manajemen ekspedisi

Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen Ekspedisi ialah suatu perjalanan yang dilakukan seorang atau sekelompok orang yang pengelolaannya secara sistematis untuk tujuan petualangan ataupun ilmiah.

adabeberapa rumusan yang biasa diterapkan sebelum merencanakan suatu perjalanan alam bebas yaitu 4w + 1h yang kepanjangannya adalah where, who, why, when dan how. Berikut ini adalah aplikasi dari rumusan tersebut :

1. Where (dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana tempat yang akan sepakati untuk kita gunakan pada kegiatan ekspedisi, diusahakan tempat atau lokasi yang akan kita tuju menarik banyak anggota untuk ikut serta berperan didalamnya, karena dengan suasana baru akan menambah semangat penggiatnya untuk mengikutinya

2. Who (siapa), artinya disini menanyakan tentang sasaran sumber daya manusia yang berkaitan dengan lokasi, muatan dan tujuan dari ekspedisi itu tadi

3. Why (mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya bisa bermacam-macam, ini mengangkat tentang alasan adanya ekspedisi

4. When (kapan) ini menyangkut permasalahan waktu, kepastian tanggal, berapa lamanya kegiatan, karena berkaitan erat engan rencana operasi perjalanannya nanti, diusahakan tidak terlalu banyak makan waktu dan

5. menyesuaikan dengan tujuan, yang jelas target tercapai dengan maksimal

6. Untuk how [bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana kondisi lokasi ?

b. Bagaimana cuaca disana ?

c. Bagaimana perizinannya ?

d. Bagaimana mendapatkan air?

e. Bagaimana pengaturan tugas panitia?

f. Bagaimana acara akan berlangsung ?

g. Bagaimana materi yang disampaikan?

h. Dan masih banyak “bagaimana ?” Lagi

Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun rencana kegiatan yang didalamnya mencakup rincian :

1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya.

2. Pengurusan perizinan

3. Pembagian tugas panitia

4. Persiapan kebutuhan acara

5. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan

6. Dan lain sebagainya.

Yang tidak kalah pentingnya adalah didapatkannya point-point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut5.


5persiapan perjalanan alam beabas 2006 www.sabhwana.com

2.5 Sistematika Manajemen ekspedisi

Sistematika pengelolaan ekspedisi itu sama, baik yang bersifat teknis yaitu yang berhubungan langsung dengan atlit dan non teknis yaitu kegiata yang tidak berhubungan langsung dengan atlit. Dalam pelaksanaan suatu ekspedisi, ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu :

1. Pra pelaksanaan

Pra pelaksanaan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan ekspedisi berjalan, yaitu kegiatan kepanitiaan ekspedisi untuk mendukung terlaksananya ekspedisi. Kegiatan ini meliputi pembentukan panitia, pencarian data, penentuan lokasi kegiatan, survey lokasi, pembuatan anggaran biaya, pencarian sponsorship, publikasi sampai pada persiapan atlet.

2. Pelaksanaan

Saat pelaksanaan adalah hal-hal yang dilakukan pada saat atlit berada di lapangan untuk menjalankan rencana-rencana kegiatan dan pencapaian target ekspedisi.

3. Pasca pelaksanaan

Pasca pelaksanaan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah semua kegiatan di lapangan selesai, seperti laporan kegiatan, evaluasi dan presentasi.

BAB III

EKSPEDISI PANJAT TEBING

Kegiatan panjat tebing dipandang sebagai suatu bentuk olahraga menantang yang membutuhkan fisik yang kuat serta adrenalin yang tinggi. Kegiatan ini berupa pemanjatan secara vertical yang bisa dilakukan pada media batuan karst maupun andesit. Dalam hal pemasangan pengaman (anchor) dan peralatan yang digunakan tidak ada yang berbeda, hanya saja tingkat kesulitan pada andesit jauh lebih tinggi daripada pada batuan jenis karst. Hal ini dikarenakan lebih sedikitnya cacat batuan pada tebing andesit sehingga untuk pemasangan pengaman dibutuhkan waktu yang relative lebih lama dibandingkan dengan batuan karst.

Setiap penggiat alam bebas akan melakukan kegiatannya di alam, dari kegiatannya ini sebenarnya sudah merupakan eksploitasi terhadap alam tempat berkegiatan. Maka dari itu diperlukannya suatu pengelolaan yang baik terhadap kegiatan agar tak tejadi eksploitasi besar besaran terhadap alam, dengan cara hanya pengambilan manfaat saja. Selain itu juga harus selalu diupayakan kegitan yang dilakukan akan berdampak positif terhadap alam dan lingkungan sekitarnya

Tebing karst merupakan asset berharga bagi pemerintah, karena batuan jenis ini merupakan salah satu material penting bahan bangunan. Namun saat ini telah banyak terjadi penyimpangan dalam hal eksploitasi batuan karst. Sehingga asset wisata alam yang ditawarkan khususnya pada tebing berbatuan karst menjadi berkurang. Sebagai contoh kasus pada tebing citatatah 125 di daerah jawa barat. Sudah beberapa tahun daerah di sekitar tebing ini dijadikan sebagai penghasil batuan karst bahkan ironisnya tepat di depan tebing didirikan pabrik keramik yang berbahan dasar batuan karst (kapur). Jika eksploitasi besar-besaran ini dibiarkan maka dikhawatirkan 10 tahun ke depan para penggiat panjat tebing akan kehilangan “rumahnya” sendiri. Ditambah lagi jika para penggiat itu sendiri yang kurang begitu memperhatikan kelestarian tebing dengan tidak mengindahkan kode etik panjat tebing yang intinya menghimbau agar para penggiat meminimalkan penggunaan artificial anchor (pengaman buatan) karena pemasangan pengaman buatan yang terlalu boros menimbulkan cacat batuan yang banyak yang dapat menyebabkan rusaknya ekosistem di sekitar tebing.

Mengingat pentingnya penjagaan kelestarian alam di sekitar tebing maka jangan sampai kegiatan ekspedisi panjat tebing menjadi salah satu pemicu terganggunya ekosistem tebing.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan suatu ekspedisi panjat tebing meliputi :

1. Tujuan ekspedisi

yaitu sesuatu yang akan diraih dalam pelaksanaan ekspedisi.

2. Sasaran ekspedisi

sasaran akan memberikan warna tersendiri yang lebih spesifik pada ekspedisi yang akan dilaksanakan. Dengan target yang sudah ditentukan akan lebih meningkatkan kualitas ekspedisi tersebut.

3. Pra lapangan/pelaksanaan (survey)

· Estimasi kekuatan batuan/umur batuan dan jenis batuan.

· Dokumentasi tebing dan sketsa topo tebing (berguna untuk menyusun strategi operasional)

4. Penentuan jalur

merencanakan arah pemanjatan dengan tujuan pencapaian puncak

5. Teknik pemanjatan yang akan digunakan

untuk mencapai tujuan pemanjatan, dibutuhkan suatu cara atau teknik pemanjatan yang dipilih berdasarkan kondisi tebing yang ada.

6. System pemanjatan yang akan digunakan

hal ini menyesuaikan dengan keinginan tim itu sendiri, berdasarkan persiapan dan simulasi yang dilakukan tim tersebut sebelumnya.

7. Manajemen peralatan yang baik

pengaturan peralatan ini bertujuan untuk memudahkan pemanjat dalam melalui jalur yang dipilih

8. Emergency plan

Perencana kondisi darurat. Karena kegiatan beresiko tinggi sehingga unsure bahaya dan kecelakaan harus diangggap serius, dengan demikian antisipasi keadaan darurat harus dipersiapkan sejak dini.

9. Pengelolaan operasi

Gambaran opersional ekspedisi pemanjatan atau dapat juga dibuat terencana operasional.

Ada tiga rangkaian besar pelaksanaan ekspedisi panjat tebing yang harus dilakukan agar terciptanya suatu system pengelolaan yang baik agar ekspedisi dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai, yaitu pada masa pra, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan.

a. Pra pelaksanaan

3 1.1 kepanitiaan non teknis

1. Pendahuluan tentang ekspedisi

- Informasi

Pada pencarian informasi ini ialah informasi lengkap tentang lokasi yang akan di jadikan tempat dilakukannnya ekspedisi. Pencarian informasi diantaranya melalui studi literatur terhadap buku-buku petualangan ataupun laporan-laporan penelitian suatu daerah yang mungkin berpotensi untuk di jadikan obyek ekspedisi. ,pencarian informasi dan wawancara kepada organisasi-organisasi pecinta alam baik di daerah sendiri maupun organisasi pecinta alam di sekitar lokasi kegiatan dan sebagainya. Dalam pencarian informasi ke Instansi pemerintah ini mungkin mempunyai nilai jual terhadap hasil Ekspedisi kita berupa laporan penelitian. (kalau bertujuan untuk pengembangan daerah dan melakukan penelitian) atau bila di mungkinkan lokasi kegiatan merupakan zona larangan bagi masyarakat umum. Dalam hal ini, pencarian tidak terbatas pada data lokasi, tetapi perlu juga informasi tentang karakteristik masyarakat meliputi sosial dan budaya.. Informasi yang perlu disini ialah :

Tebing yang akan dilakukan untuk pemanjatan meliputi ketinggian tebing, lokasi meliputi nama daerah , bentuk tebingnya seperti apa, karakteristik batuannya, tempatnya dijadikan apa oleh masyarakat sekitar. Bahkan informasi pendukung seperti

a. Basecamp terdekat

- Konsumsi

- Komunikasi

- Transportasi

- Dan informasi perkiraan biaya yang akan dikeluarkan

- Informasi tentang pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit yang terdekat.

- Pembentukan kepanitiaan

Sudah sewajarnya bahwa suatu kegiatan besar pasti akan memerlukan sumberdaya yang besar pula, begitu juga halnya dengan suatu kegiatan ekspedisi praktis akan membutuhkan sumber daya manusia sebgai elemen-elemen pendukung dalam kegiatan ini yang tergabung dalam sutu kepanitiaan. Berhasil atau tidaknya suatu ekspedisi termasuk juga pengaruh dari suatu kepanitiaan. Maka dari itu dalam hal rekruitmen orang-orang yang akan di dudukkan dalam kepanitiaan haruslah sadar dan mengerti benar akan tugas dan kewajibannya serta mengerti apa tujuan di adakannya ekspedisi itu. Banyak kegiatan yang tidak mencapai target yang diharapkan akibat kepanitiaan yang tidak berjalan dengan semestinya, dan untuk kelancaran kepaniataan tersebut sebaiknyalah ketua penitia melalui pendekatan-pendekatan pribadi terlebih dahulu kepada orang yang akan mengemban tugas yang akan diberikan dan dalam hal ini juga ketua panitia harus mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi anggotanya.

2. Pembuatan proposal

Proposal adalah rencana kegiatan yang menggambarkan proses dan tahapan suatu kegiatan dalam bentuk perencanaan yang menyeluruh. Perencanaan disini menggambarkan apa bentuk kegiatan, nama kegiatan, kapan kegiatan berlangsung, dan siapa yang mengadakan kegiatan. Jadi secara konkrit bahwa proposal adalah rencana kerja yang disusun secara sistematik dan terinci untuk suatu kegiatan yang bersifat format.

Dalam hal ini proposal terbagi tiga, yaitu :

a. Proyek Proposal.

Adalah yang menggambarkan rangkaian kegiatan secara menyeluruh, artinya proposal ini meyakinkan pembaca akan kegiatan yang akan dilakukan, yang berkegunaan untuk kepentingan administrasi, perizinan, publikasi, perencanaan dan sebagainya yang bersifat administratif.

B. Proposal kontraprestasi sponsor

Proposal yang menggambarkan kepada perusahaan sponsor kegiatan yang akan dilakukan sehingga perusahaan sponsor yakin akan kegiatan kita. Dimana perusahaan sponsor tersebut mendapatkan kontraprestasi atau imbal balik dari kegiatan yang akan dilaksanakan.Sebagai contoh dalam ekspedisi penelusuran gua, nama atau produk perusahaan yang menjadi sponsor akan menjadi label atau logo pada baju atlit, topi atau spanduk rentang.

C. Proposal penelitian

Proposal penelitian ini ditujukan ke Instansi Pemerintah seperti KSDA dan Instansi yang mungkin berterkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan, seperti Dinas pertambangan dan Energi yang mempunyai nilai jual terhadap hasil ekspedisi. Seperti proposal penelitian kualitas air yang nantinya hasil dari penelitian tersebut mungkin mendapat respon dari Dinas pertambangan dan Energi yang pada akhirnya nanti kalau memang debit air yang terdapat pada aliran sungai bawah tanah mencukupi standart untuk di jadikan pembangkit tenaga listrik, maka akan sangat berguna bagi masyarakat sekitar, karena susahnya mendapatkan air di kawasan karst. Sebaiknya pula sebelum menawarkan sutu proposal kepada satu perusahaan atau instansi yang akan dimasukkan proposal harus melalui pendekatan-pendekatan terlebih dahulu kepada pihak perusahaan atau instansi.

3. Presentasi awal

Tentunya setiap orang atau organisasi tidak menginginkan pekerjaan yang tanpa hasil, maka dari itu sebelum melangkah lebih jauh sebaiknya dilakukan terlebih dahulu pemberitahuan kelayakan kegiatan yang akan dilakukan dalam bentuk presentasi awal kepada anggota dan kepada pihak-pihak yang berpotensi menjadi sponsor penyandang dana ekspedisi.

4. Publikasi

Dalam pendaan ekspedisi publikasi ekspedisi sangatlah penting dilakukan sebagai sarana untuk menyebarluaskan/menginformasikan kegiatan yang akan, sedang, dan telah kita lakkan dan memberikan informasi kepada mereka yang terlibat atau mendukung ekspedisi terbut, ini akan membawa dampak yang sangat baik terhadap nilai ekspedisi juga bisa menaikkan negosiasi kepada pihak sponsor. Sementara dilihat dari sasarannya, publikasi dapat dikelompokkan dalam dua bagian :

a. Intern/ Kelompok dalam

Pada kelompok ini termasuk didalamnya adalah organisasi yang bersangkutan, Universitas/Sekolah/ Lembaga yang menaunginya, keluarga peserta ekspedisi.

b. Ekstern/ Kelompok luar

Sementara pada elompok ini terdapat masyarakat/ Organisasi lain yang berhubungan/ Sejenis/ Berterkaitan. Misalnya Sponsor, Kelompok pecinta alam lain, Lembaga Swadaya Masyarakat lain, dsb.

Sedangkan untuk sarana publikasi yang dapat digunakan, saat ini sudah banyak dan beragam, dimana sarana informsi massa berkembang dengan pesatnya. Seperti Majalah, Surat kabar, Stasiun Televisi, Media Internet dan lain-lain. Dan sarana publikasi lain seperti Spanduk, Poster, Baliho, umbul-umbul, serta yang sangat sering dilakukan ialah presentasi atau laporan person to person.

5. Pembuatan rencana kegiatan

Ada orang bilang bahwa 50 % keberhasilan suatu kegiatan ditentukan oleh pekerjaan diatas meja/ paper work. Memang pasti membosankan, tapi sebaiknya dikerjakan, melihat besarnya kemungkinan keberhasilan yang bisa didapat dari kegiatan tersebut.

Dalam pembuatan ROP kita harus mengetahui Jenis kegiatan apa yang akan dilakukan. Semua kegiatan alam terbuka yang kita lakukan haruslah terfokus, artinya kita mengetahui apa yang akan kita lakukan. Selain itu lokasi yang dituju haruslah kita kenali dahulu, meskipun itu hanya berdasarkan informasi. Manfaatkan semua akses dan fasilitas informasi semaksimal mungkin. bisa diumpamakan sebelum kita kesana kita sudah merasa disana.

Dalam menuju suatu kegiatan sangat perlu pengadaan target –target kapan selesainya perencanaan, kapan pelaksanaan. Dalam hal ini pembuatan rencana operasi perjalanan atau renca kegiatan sangat perlu di adakan dalam bentuk time schedule, dan skenario-skenario operasi.

Dalam penyusunan rop kita tidak hanya terpaku pada informasi informasi yang didapatkan di sekitar daerah kita, alangkah baikanya penyusunan rop berdasarkan hasil dari team survey, agar sesuai dengan konsisi real nya di lapangan.

6. Pengurusan perijinan

Setelah ditentukannya tempat berkegiatan, maka untuk melegalkan suatu kegiatan yang kita lakukan perlulah kiranya mengurus suatu perijinan ke Instansi yang berwenang di daerah tempat berkegiatan atau pihak-pihak kepolisian setempat.

7. Pencarian dana

Usaha dana adalah suatu kegiatan yang mengolah, mengkoordinir, mengkontribusikan dan mengusahakan serta bertanggung jawab dalam pengadaan dana yang diperlukan dalam anggaran serta waktu yang ditentukan oleh target kepanitiaan demi terlaksananya kegiatan.

Pengetahuan tentang usaha dana memang jarang dipelajari dalam suatu Organisasi pecinta alam, namun itu terbentuk dengan sendirinya dimana kita diharuskan untuk mencari dana dalam suatu kegiatan besar atsupun kecil.Dalam melakukan suatu kegiatan pendanaan/ Usaha dana kita harus mengetahui beberapa macam bentuk usaha dana yang cukup berpeluang besar untuk saat itu dan perlu kreatifitas untuk panitia itu sendiri. Usaha dana ini dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu penggalian dana ke pihak internal, misalnya pengadaan bazar, pameran, penjualan parsel dan even-even tertentu dan sebagainya.Sdangkan penggalian dana eksternal seperti sponsor, donatur, pihak-pihak terkait.

8. Komunikasi dan transportasi

a.. Komunikasi

Dalam pengelolaan suatu ekspedisi yang tak kalah pentingnya ialah pengaturan jaringan informasi lapangan, seperti menjalin hubungan dengan Instansi seperti RAPI,ORARIdan organisasi organisasi pencinta alam yang berada pada sekitar lokasi, nantinya ini akan mempermudah dalam sistem penanganan alur komunikasi lapangan sehingga didapatnya informasi lapangan yang valid, aktual, aman cepat dan murah. Dan dalam ekspedisi penelusuran gua ini perlu ada kesepakatan tentang komunikasi yang akan di pakai di lapangan pada saat pemanjatan, sebagai contoh akan menggunakan kode-kode tertentu seperti menggoyangkan tali apabila atlit membutuhkan bantuan.

b.Transportasi

Komunikasi dan transportasi erat kaitannya, karena sama-sama berfungsi sebagai penghubung. dan transportasi ini juga bisa sebagai media untuk komunikasi, tetapi dalam rencana pengaturan fungsi di lapangan, nantinya lebih pada arus pengangkutan personil dan logistik. Jadi dalam pengaturan transportasi harus se-efisien dan efektif mungkin mulai dari pemberangkatan atlit, pada saat di lapangan sampai dengan selesainya kegiatan.

9. Survey

Seperti kegiatan alam bebas yang lain, kegiatan panajt tebing juga merupakan kegiatan yang beresiko tinggi dimana kesalahan kecilpun yang kita buat bukan tidak mungkin nyawa akan menjadi taruhannya. Dimana segala keterampilan yang sudah dipersiapkan secara matangpun akan berantakan dan dalam sekejap mata kegiatan yang menyenangkan ini bisa berubah menjadi malapetaka. Makna dari kegiatan alam bebas ialah usaha untuk mensiasati kekuatan alam (bukan menaklukkan) menjadikannya sebagai kegiatan yang menyenangkan, namun sekali lagi ternyata alam memiliki kekuatan yang dahsyat yang bisa berubah seketika tanpa disadari oleh para penelusur ini sehingga melampaui batas kemampuan yang dimiliki.

Karena adanya ketidakpastian di alam yang selalu berubah-ubah, satu cara yang baik dan sangat di anjurkan ialah dengan mengadakan survey ke lokasi, Dalam survey ini akan berterkaitan nantinya dengan :

- Basecamp

- Konsumsi

- Komunikasi

- Transportasi

- Dan jalur Emergency apabila terjadi kecelakaan di lapangan

- Dan hal hal penunjang kegiatan lainnya

Dalam hal survey, selain tim survey mensurvey hal-hal diatas,Tim survey juga harus memastikan ketinggian tebing, jarak tebing dari pemukiman penduduk, jalur yang akan digunakan yang berbentuk sketsa jalur atau meenggunakan kamera, meliputi berapakah pitchnya, karakteristik batuaannya,.cacat batuan,bentuk muka tebing, kemiringan muka tebing, yang nanti larinya ke manjemen peralatan, danjuga harus dilaihat dari segi teknis untuk pemanjatannya nanti

Hal ini dilakukan untuk nantinya mempermudah para atlit dalam memprediksi jalur yang akan di buat sebelum ke lapangan

10. Inventaris logistic

Setelah di survey, berdasarkan informasi yang didapat serta di ketahuinya arus transportasi, maka kita mengetahui peralatan dan perlengkapan apa saja yang harus dipersiapkan. Sebaiknya peralatan dan perlengkapan yang dibawa haruslah tepat guna dan se-efisien mungkin, artinya jangan sampai memberatkan para atlit juga dalam evakuasinya kelokasi kegiatan semudah mungkin

Dalam hal ini peralatan yang di butuhkan dapat dibedakan menjadi dua yaitu peralatan pribadi dan kelompok yaitu :

a.Peralatan pribadi ( Personal Equipment )

- Helm

- Alat penerangan, ada 2 satu untuk back up

- Baju dan celana, yang jelas pemanjat bisa leluasa bergerak, melindungi dari sinar matahari

- Sepatu yang melindungi sampai mata kaki

- Carabine

- Harnest

- Cowstil ada 2 panjang pendek

- stirrup

- Alalt ascender

- Alat descender

Selain perlengkapan pribadi diatas, para atlit juga harus dilengkapi dengan perlengkapan pendukung seperti :

- Hammock dan slipping bag perlu dibawa untuk istirahat di tebing jika pemanjatan sampai larut malam.

- Melengkapi diri dengan buku catatan perjalanan.

- Membawa jam tangan

b. Peralatan Kelompok ( Team Equipment ) berupa alat alat artificial

- Tali

- Tali pita (Webbing)

- Padding

- Pengaman

- Hammer

- Sling

- Carabiner

- Runners

- Bor

Setelah segala persiapan peralatan yang telah di sediakan untuk keperluan lapanngan, tentunya para atlit juga harus mengetahui cara-cara perawatan dan pengecekan alat sebelum dan sesudah dipakai.

Selain perlengkapan diatas, masih ada lagi perlengkapan yang harus di persiapkan, tergantung apa saja yang akan dilakukan selama kegiatan, sesuai dengan tujuan diadakannya ekspedisi panajt tebing, seperti alat perlengkapan penelitian.

11. Emergency plan

Banyak juga para penggiat Alam bebas yang kurang memperhatikan prosedur-prosedur darurat yang mesti dilakukan pada saat ada kecelakaan di lapangan.

Bagan rencana jalur emergency di atas menunjukkan bahwa apabila terjadi kecelakaan dilapangan atlit maupun tim pendukung harus melakukan pertolongan pertama sebelum korban dibawa ke base camp, kemudian ke base camp bila memang masih sanggup melakukan pertolongan, setelah itu di bawa ke Puskesmas, apabila penangan pada tingkat kecamatan ini tidak sanggup maka harus di bawa ke Rumah Saki Umum Daerah, dan apabila memang masih membutuhkan perwatan yang lebih intensif maka di bawa ke Rumah Sakit untuk tingkat Propinsi.

12. Tim pendukung

Sudah sewajarnyalah bahwa setiap kegiatan, satu tim yang sangat di perlukan untuk kelancaran kegiatan ialah tim pendukug. Tim pendukung ialah orang-orang yang pada opersionalnya di lapangan memegang peranan dalam hal dukungan atau tenaga yang selalu siap bila diperlukan, tim pendukung ini harus di bentuk mengingat akan sangat sulitnya bila segala keseluruhan aktifitas di lapangan selalu di kerjakan oleh atlit. Tim pendukung juga bukan sebatas dari kepanitiaan saja , tetapi penduduk sekitar lokasi juga dalam hal ini yang siap membantu pada saat di butuhkan juga merupakan bagian daari tim pendukung

3 1.2 kepanitiaan teknis

A. Pembentukan tim

2. Pendaftaran

karena ekspedisi merupakan suatu even kegiatan yang besar dan dinilai cukup bergengsi maka tidak menutup kemungkinan akan besarnya animo para penggiat untuk menguikutinya. Oleh karenanya ada baiknya dilakukan proses pendaftaran calon atlit terlebih dahulu sebelum menentukan siapa saja yang berhak diberangkatkan dalam kegiatan ekspedisi.

pendaftaran ini dibuka jauh hari sebelumnya karena mengingat panjangnya rangkaian kegiatan latihan untuk calon atlit itu sendiri.

1. Seleksi

Dalam pemilihan anggota tim, proses seleksi mutlak diadakan, karena diharapkan anggota tim mempunyai dasar yang kuat dengan hal yang berhubungan dengan panjat tebing. Sehingga tercipta suatu poses pengalaman yang mendidik, dalam arti semua personilnya mampu berkerja sama, menerima dan melaksanakan tugas dan keajiban yang dibebankan kepadanya.

Dengan jumlah personil yang relative kecil, maka akan tampak pentingnya seleksi untuk mendapatkan anggota tim yang memenuhi syarat sesuai dengan tuntutan ekspedisi.

Ada empat komponen yang saling mempengaruhi dalam seleksi anggota

Tim yaitu : 4

a. Komponen fisik

1. Kondisi fisik, yang meliputi keadaan fisik, berat badan dan tinggi badan.

2. Kebugaran fisik, yang meliputi persiapan tenaga, kapasitas sirkulasi darah, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kelincahan.

b. Komponen keterampilan

4 ( human sporting performance, k.f. Dyer)

1. Sistem syaraf, yang meliputi pertumbuhan kemampuan motorik, kemampuan motorik jaringan tangan, kemampuan pergerakan sendi dan waktu reaksi.

2. Penginderaan, yaitu kepekaan dan ketajaman pengindeeraan.

3. Pengetahuan, yang meliputi daya ingat, kecerdasan dan daya baying ruang.

c. Komponen budaya

1. Sosialisasi

2. Pendidikan

3. Agama

4. Fasilitas yang ada

5. Penghargaan social dan imbalan

d. Komponen psikologi

1. Individual

a. Persaingan, adanya daya juang untuk mencapai sesuatu

b. Prestasi, mampu melakukan sesuatu yang tidak biasa

c. Motivasi, mempunyai tujuan dan rencana terarah

d. Stabilisasi emosi, kemampuan untuk mengendalikan diri pada situasi yang menekan dan tegang.

e. Sosiabilitas, mampu, berani dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan dan kehidupan berkelompok.

f. Agresifitas, yaitu mampu untuk bertidak cepat

2. Lingkungan

a. Kelompok sebaya

b. Tuntutan lingkungan

c. Jenis kelamin, strata social dan suku bangsa

d. Peranan

e. Kesadaran

Seleksi melalui keterpaduan komponen tersebut diharapkan akan memperoleh calon yang sesuai dengan tuntutan tugas. Dengan melalui latihan intensif dan sesuai dengan pembentukannya, maka akan diperoleh individual yang terampil.

3. Tahap pembentukan tim

Tahapan ini merupakan tahapan awal sebuah penyeleksian seorang atlit, dimana tahapan ini bertujuan untuk penentuan atlit ekspedisi untuk mengetahui seberapa besar kemauan dan kemampuan calon atlit tersebut, berdasarkan aturan-aturan yang telah dibuat dan ditetapkan oleh panitia dan tim pelatih (official).

Ada sembilan aspek yang perlu diperhatikan dalam pembentukan dan penyusunan suatu tim yang benar-benar kompak, yaitu :

A. Kejelasan dan kesepakatan tentang tujuan

Kejelasan tersebut adalah mutlak dibutuhkan, agar setiap anggota tim merasa terlibat aktif dan bertanggung jawab atas keberhasilan maupun kegagalan ekspedisi.

b. Keterbukaan

Agar setiap anggota tim mendapat kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya dan tidak terjadi suasana saling merasa lebih. Konfrontasi diperlukan agar dalam tim tidak berkembang isu-isu yang dapat melemahkan kekompakan.

c. Dukungan (support) dan kepercayaan

Dukungan akan lebih mempertebal kepercayaan anggota tim untuk melaksanakan tugas masing-masing.

d. Kerjasama dan konflik.

Dengan semangat bekerjasama, berarti setiap anggota tim bersikap saling mendahulukan kepentingan tim daripada kepentingan pribadi. Perbedaan pendapat juga perlu, selama masih tetap memelihara agar tim tidak stagnan dan cepat merasa puas.

e. Prosedur pengambilan keputusan

Tim yang kompak akan lebih memikirkan hasik yang akan dicapai, kemudian baru memikirkan metode dan cara pengambilan keputusan karena mempengaruhi kemungkinan pencapaian tujuan.

f. Kepemimpinan (leadership).

Kepemimpinan yang tepat dan konsisten sangat diharapkan oleh kebanyakan tim, agar anggota tim memperoleh kesempatan berkembang.

g. Kaji ulang

Kegiatan evaluasi dan kaji ulang tentunya merupakan upaya yang positif, agar kegiatan, cara kerja dan pedoman yang digunakan dapat lebih efektif dan efesien dalam mencapai sasaran.

h. Pengembangan individual

Kemampuan dan keterampilan individual sebagai anggota tim dipadukan untuk menjadi prestasi tim, bukan merupakan kegiatan yang mudah dan sederhana. Prestasi tim bukan sekedar akumulasi dari kemempuan individual, tetapi komplemen kegiatan tim.

i. Hubungan kelompok

Hubungan yang sehat antar anggota tim baru bisa terjadi apabila tim ini dengan baik mempertimbangkan kedelapan aspek di atas. Keberhasilan tim tidak hanya diukur secara kuantitatif dan kualitatif, tetapi juga dengan diperolehnya kepuasan anggota tim.

B. Pendidikan dan latihan persiapan ekspedisi

Setiap kegiatan ekspedisi di alam terbuka harus selalu siap dengan resiko bahaya, kecelakan ataupun kegagalan. Hal ini disebabkan karena kegiatan di alam bebas termasuk olahraga beresiko tinggi (high risk sport). Untuk mengurangi kejadian yang demikian itu, persiapan pra ekspedisi harus benar-benar terencana baik dari segi penguasaan tehnis keterampilan, kondisi fisik, perlengkapan dan perbekalan. Persiapan anggota tim ekspedisi dengan perencanaan dalam pendidikan dan latihan merupakan satu kunci keberhasilan ekspedisi.

  1. Persiapan latihan

Faktor yang perlu diperhatikan dalam persiapan latihan adalah :

    1. Tujuan ekspedisi
    2. Informasi atau data riwayat hidup anggota ekspedisi
    3. Tujuan dari latihan yang akan digunakan

team development manual, mike woodcock

    1. Bentuk latihan yang akan digunakan
    2. Pengukuran sebelum dan sesudah latihan

Sebelum latihan diberikan, sangat penting diberikan informasi yang lengkap dari anggota tim ekspedisi. Karena dari informasi tersebut dapat diketahui kondisi kesehatan, pengalaman pribadi yang bertujuan untuk menentukan bentuk latihan yang akan dilakukan. Rangkaian latihan dibuat bertingkat, dari yang paling mudah sampai yang ke tingkat paling sulit, baik secara kemampuan individu maupun secara tim. Setelah rangkaian kegiatan dijalankan, maka dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah latihan dengan maksud untuk mengetahui adanya peningkatan kondisi fisik anggota tim.

  1. Program latihan

Training atau latihan adalah proses yang berlangsung secara tersistematis dan kontinu serta semakin bertambah tingkat kesulitannya. Dalam program diklat, agar terarah dan terpadu maka dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :

a. Tahap i

Tujuannnya adalah untuk mengetahui sejauh mana personel yang terseleksi mengetahui dasar panjat tebing, penyamarataan kemampuan keterampilan dan fisik personel agar nantinya pada tahap selanjutnya kemampuan personel tim sudah merata.

Bentuk latihan tersebut meliputi teknik dasar panjat tebing, manajemen peralatan dan pemanjatan. Penyamaan fisik dilakukan pada tahap geneeral training, yaitu pengolahan kemampuan fisik pada tiap anggota tubuh yang mendukung kegiatan yang akan dilakukan.

Latihan i ini dilakukan berulang-ulang, untuk teknik medianya bisa dilakukan di wall climbing atau tebing alami. Simulasi diusahakan minimal dua kali latihan simulasi di tebing alam. Pemantauan dan penilaian dilakukan pada akhir tahap i untuk melihat perkembangan dan memilih mana yang bisa menjadi anggota tim dan mana yang tidak.

b. Tahap ii

Dalam tahap ini seluruh kegiatan pendidikan dan latihan sudah diarahkan pada kondisi ekspedisi yang sebenarnya. Materi latihan yang diberikan pun setingkat lebih tinggi dari tahap sebelumnya. Tujuan dari tahap ini untuk meningkatkan fisik tim kearah yang lebih spesifik, pemantapan mental ketinggian dan membina kerjasama tim. Pada tahap kedua ini simulasi diperbanyak intensitasnya dan diberikan pembekalan materi vertical rescue. Materi simulasi yang diaplikasikan merupakan materi tehnik dasar pemanjatan seperti tehnik pemasangan jalur pemanjatan yang aman, pembuatan pengaman, teknik pembuatan stasiun sampai pada teknik cleaning. Sedangkan materi tambahan yang diberikan pada tahap ini adalah tehnik vertical rescue. Vertical rescue adalah pertolongan pada medan dengan kemiringan di atas 90 derajat atau pada lintasan tali. Pengetahuan tentang teknik ini sangat perlu untuk menjaga kemungkinan terjadinya kecelakaan pada saat pemanjatan, seperti latihan-latihan simulasi di tebing.

c. Tahap iii

Tahap ini adalah tahap penyempurnaan dengan melihat hasil latihan, simulasi dan try out pada tahap i dan ii. Dari sini dapat dilihat kekurangan secara individu maupun tim baik secara tehnik, fisik, mental maupun kerjasama. Untuk menyempurnakan kekurangan yang terjadi dilakukan try out lagi pada akhir tahap ini dalam bentuk training center (tc). Tc ini benar-benar dikondisikan seperti ekspedisi yang sebenarnya, mulai dari masa karantina atlit, keberangkatan tim atlit ke lokasi sampai pada tehnis pemanjatan dan pembuatan laporan kegiatan. Lokasi training center ini berbeda dari lokasi try out sebelumnya untuk menambah pengalaman dan wawasan anggota tim.

untuk mendapatkan hasil yang maksimal, perlu diperhatikan beberapa aspek sebagai berikut :

1. Spesifik

Bentuk latihan yang digunakan harus berguna dalam ekspedisi nanti.

2. Over load

Prinsip penambah beban latihan dan tingkat kesulitan penting unutk ditetapkan. Pengulangan materi konstan tidak akan mencapai tujuan.

3. Latihan pendukung

Latihan pendukung ini dapat berupa materi latihan fisik yang membantu membentuk endurance, latihan kepemimpinan, teamwork, dan pelatihan emotional qurence.

4. Pembekalan materi teoritis

Dalam hal ini para atlit harus dibekali dengan materi sesuai dengan target apa yang ingin dicapai. Apabila target ekspedisi hanya sebatas eksplorasi tebing, maka para atlit hanya dibekali sedikitnya materi pemetaan dan cara pengisian form pendataan tebing. Beberapa materi dasar yang harus dimiliki para atlit yaitu pengenalan terhadap jenis batuan, karakteristik tebing, sifat peralatan yang digunakan, dan lain sebagainya.

5. Hari libur latihan

Penyusunan jadwal latihan harus diselingi minimal 1 hari libur dalam seminggu dari kegiatan yang bersifat fisik, guna memulihkan kembali tenaga yang hilang dan tentunya untuk menghindari terjadinya kejenuhan.

6. Cooling down

Hasil latihan akan kembali ke kondisi semula apabila tidak berlatih selama 2 atau 3 hari.

  1. Jadwal latihan

Jadwal latihan dibuat secara bersama-sama dengan seluruh anggota tim, hal ini dilakukan untuk membentuk kerjasama dan rasa tanggung jawab antar anggota tim terhadap jadwal latihan.

  1. Evaluasi latihan

Setelah dilakukannya beberapa tahapan latihan selama masa pra pelaksanaan ekspedisi, tiba saatnya untuk mengadakan evaluasi terhadap rangkaian program latihan yang telah dijalankan. Evaluasi ini dapat dituangkan ke dalam bentuk fit and proper test atlit. Dalam fit and proper test ini para atlit mempresentasikan hasil latihan mereka selama ini. Dan dari proses ini akan dinilai apakah tim tersebut layak untuk diberangkatkan atau tidak.

2.2 Pelaksanaan

1. Pemberangkatan

Setelah melalui rangkaian latihan yang panjang maka tiba saatnya untuk mempersiapkan keberangkatan para atlit untuk melaksanakan misinya. Di dalam satu tim atlit ada baiknya jika dilengkapi dengan tambahan tim pendukung lapangan. Fungsi tim pendukung ini untuk mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan atlit selama di lapangan di luar pelaksanaan tehnis pemanjatan yang dapat berupa transfer logistic, transfer alat dan juga dapat membantu tim standby rescue yang bertugas menolong apabila terjadi kecelakaan atau trouble saat pemanjatan pada kondisi tim atlit sendiri tidak mampu lagi untuk mengatasinya.

Sebelum pemberangkatan ada baiknya tim pendukung ini berangkat terlebih dahulu ke lokasi untuk mengkonfirmasi ulang segala sesuatu yang berkaitan dengan administrasi, perijinan dan transportasi.

Saat pemberangkatan tim atlit ini benar-benar sudah dilepas di lapangan. Di sini kekompakan tim benar-benar diuji karena tim harus bisa menepati rencana operasi perjalanan (rop) yang telah dibuat.

2. Pelaksanaan kegiatan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh para atlit adalah menjalankan rencana operasi perjalanan (rop) atau jadwal-jadwal kegiatan yang telah ditetapkan oleh panitia dan disesuaikan dengan kondisi terakhir dan perkembangan yang ada. Pada operasional di lapangan erat kaitannya dengan logistic dan perlengkapan. Tim atlit dan tim pendukung bersama-sama ke lokasi pemanjatan. Sebelum misi dilaksanakan tim atlit dan tim pendukung mengadakan briefing terlebih dahulu untuk membicarakan segala sesuatu yang berkaitan dengan rencana pemanjatan esok hari. Persiapan peralatan, transfer logistic, standby rescue dan manajemen pemanjatan.

a. Pemetaan

Pemetaan untuk panjat tebing bisa dilakukan pada waktu pemanjatan atau setelah pemanajatan, dan disesuaikan dengan kesepakatan tim

Untuk mengetaahui kesulitan suatu tebing dapat dilihat pada standar tingkat kesulitan yang dibuat oleh amerika:

Tingkat kesulitan 5,7-5,8 adalah tingkat kesulitan pemanjatan yang
amat mudah. Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat
banyak, besar, dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum
mencapai 90 derajat.

Tingkat kesulitan 5,9. Tingkat kesulitan pemanjatan yang mulai agak
sulit karena jarak antara pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi
masih banyak dan besar.

Tingkat kesulitan 5,10. Pada tingkat ini pemanjatan mulai sulit karena
komposisi pegangan dan pijakan sudah bervariasi besar dan kecil. Jarak
antar celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan
dan satu tumpuan kaki, faktor keseimbangan mulai dibutuhkan.

Tingkat kesulitan 5,11. Tingkat kesulitan ini lebih sulit lagi karena
letak antara pegangan yang satu dengan pegangan yang lainnya berjauhan
dan kecil-kecil yang hanya bisa dipegang oleh beberapa jari saja,
kedua tungkai melakukan gerakan melebar agar kaki dapat bertumpu pada
tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh sangat berpengaruh, bentuk
tebing yang dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara tebing
gantung dan atap.

Tingkat kesulitan 5,13-5,14. Jalur lintasan ini bervariasi antara
tebing gantung dan atap dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan
tangan. Pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu
pada ujung jari (edginh) bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan
(hooking).

B. Pembuatan jalur

Pertama, masalah teknik pembuatan jalur. Secara umum terdapat dua cara
dalam pembuatan jalur, yaitu aliran tradisional dan aliran modern.
Pembuatan jalur secara tradisional prinsipnya adalah membuat jalur
sambil memanjat. Teknik ini cenderung bernilai petualangan karena
lintasan yang dilewati sama sekali baru,tanpa dicoba terlebih dahulu. Sementara itu,pembuatan jalur secara modern
terdiri dari dua cara. Pertama dengan menggunakan teknik tali tetap
(fix rope technique). Pada teknik ini, pembuatan jalur dapat dilakukan dengan cara rappeling bolting atau ascending bolting. Terlebih dahulu
pada fix rope yang telah terpasang, sedangkan cara kedua mirip dengan
cara pertama, tetapi tidak dengan tali tetapi melainkan dengan
menggunakan top rope.

C. Penamaan dan keaslian jalur

lalu ada tentang masalah penamaan jalur. Siapa yang berhak memberi
nama pada suatu jalur tidak ada kesepakatan jelas yang mengaturnya. Di
indonesia nama jalur merupakan suatu kesepakatan dari seorang atau
sekelompok pembuat jalur.

Masalah keaslian jalur ini biasanya dikaitkan dengan banyaknya jumlah
pengaman tetap yang ada pada jalur tersebut. Misalkan satu jalur
setinggi lima belas meter dapat dipanjat hanya dengan menggunakan tiga
pengaman tetap, maka selanjutnya pemanjat yang kemudian memanjat harus
tetap menggunakan tiga pengaman yang pertama, tanpa ditambah atau pun
dikurangi, siapapun dia, karena ini secara harfiah telah menjadi jalur
resmi dan menjadi paten untuk jalur tersebut.

Dan, yang terakhir soal pengubahan bentuk permukaan tebing. Untuk
masalah yang satu ini, hampir semua pemanjat sepakat bahwa hal ini
haram hukumnya untuk dilakukan meski untuk menambah kesulitan atau
membuat jalur tersebut menjadi mudah. Tetapi, sebagian kecil kawasan
pemanjatan menerima perubahan ini, namun hanya pada permukaan tebing
yang tanpa cacat sama sekali agar kesinambungan jalur sebelumnya dan
sesudah tetap terjaga.

D. Penelitian

penelitian ini bisa berupa penelitian social budaya masyarakat, penelitian flora, penelitian ilmiah seperti karakteristik tebing, bentuk batuan. Untuk masalah penelitian ini berbicara masalah pengelolaan professional tim yang akan melakukan penelitian harus berbeda dengan tim atlit pemanjat, tapi tidak menutup kemunkinan ketika penelitian dilakukan oleh tim pemanjat, dan ini tergantung muatan ekspedisi sendiri

E. Tim pendukung

Pada tahap operasional di lapangan, satu tim yang akan sangat membnatu yaitu tim pendukung yang akan melengkapi segala kebutuhan-kebutuhan para atlit selama di lapangan. Tim pendukug tidak terbatas hanya orang orang yang ditunjuk oleh kepanitiaan tetapi masyarakat sekitar lokasi atau opa didaerah itu mempunyai potensi untuk menjadi tim pendukung, artinya tim pendukung ialah segala komponen yang terlibat secara langsung , secara operasional dilapangan. Tim pendukung disini sebatas membantu dalam kegiatan kegiatan diluar teknis atlit atau bisa juga termasuk dalam kegiatan atlit bila diperlukan contohnya pada saat evekuasi stand by rescue terjadi kecelakaan saat pemanjatan dan atlit tidak mampu pengevakuasiannya karena kondisi fisik yang lelah.

F. Publikasi dan dokumentasi

Adanya publikasi sangat penting untuk mengetahui kondisi lapangan dan kondisi para atlitnya sendiri, bisa melalui media media seperti radio, hanphone, televise, dan sebagainya, juga agar pihak pihak kampus pihak pihak sponsor mengetahui bahwa ekspedisi memang betul betul terlaksana. Dan merupaka kebanggaan tersendiri bagi para atlit apabila kegiatan yang sedang meraka lakuakan bisa langsung terekspos ke base camp utam (posko). Dan adanya dokumentasi ekspedisi sangat perlu dilakukan, ini merupakan satu bukti perjalanan yang pernah dilakukan.

Dokumentasi hendaknya berupa gambar gambar yang mampu bercerita tentang kegiatan yang telah dilaksanakan secara step by step , pendokumentasianyang dilakukan dengan alat seperti kameram, handycamp dan lain-lain bisa dilakukan oleh atlit atau pengelolaan yang professional akan dilakukan oleh tim tersendiri, mungkin suatu kebanggan tersendiribagi pihak sponsor apabiala pada saat publikasi dan dokumentasi tercantum nama perusahaan atau prodak yang dikenakan para atlit terekspos dan terpromosikan sebagai penyandang dana.

Semua itu bisa terlakasana tidak telepas dari pernanan para tim pendukung yang mengatur komunikasi, publikasi dan dokumentasi

G. Stand by rescue

Orang yang bertugas sebagai rescue disini, diambil dari tim itu atlit sendiri, tugas dari tim itu sendiri:

· Stand by rescue bertugas menolong apabila terjadi kecelakaan saat pemanjatan. Jelas atlit disini melakukan evakuasi sendiri kepada tim untuk pertolongan pertamanya.sebelum merescue korban terlebih dahulu atlit yang merescue melaporkan terlebih dahulu kepada base camp.agar tim evakuasi bisa siap siap terlebih dahulu untuk teknis operasionalnya tergantung keadaan medan dan perencanaa sebelumnya oleh atlit dan tim pendukung.

· Komunikasi, diberitahukan oleh stand by rescue kepada tim pendukung lainnya agar ketika korban telah di turunkan atau dinaikan bisa langsung di evakuasi oleh tim pendukung, dan media komunikasinya bisa menggunakan handy talki

H. Kegiatan penunjang ekspedisi

Briefing

Memang dikegiatan yang bersekala besar harus adanya briefing sebelum melakukan sebuah kegiatan, namun tidak sepenuhnya perencanaa yang telah direncanakan sebelumnya sesuai 100% dengan keadaan lapangan sesungguhnya, artinya disini ada planning-planing lainnya agar sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Dan juga berguna untuk mengingatkan kembali perencanaan pengelolaan operasionalnya.

Evaluasi

Evaluasi disini untuk mengulas mengoreksi pekerjaan yang telah dilakukan dan memberi solusi atau jalan keluar untuk tidak mengalami kegagalan yang sudah dilaksanakan, dalam evaluasi tidak hanya sebatas keterlibatan atlet saja, tapi ada juga keterlibatan team-team pendukung lainnya. Dan tujuannya untuk meningkatkan kualitas kinerja yang lebih bagus untuk selanjutnya.

Perawatan alat

Dalam teknik operasionalnya, hal-hal yang harus diperhatikan oleh para atlet yaitu mengecek kondisi alat dan melakukan settingan alat per-individu sebelum melakukan pemanjatan dan setelahnya dengan memperhatikan sebelum dan sesudah pemakaian alat apakah alat yang telah dipakai masih layak atau tidak untuk digunakan.

Pengumpulan laporan kegiatan

Setelah kegiatan selesai, semua tugas-tugas dari atlet maupun team pendukung ada laporan progress reportnya.

3.3 Pasca Pelaksanaan

1. Publikasi

Publikasi pasca ekspedisi berguna untuk menyebarluaskan kegiatan yang telah dilakukan untuk memberikan informasi kepada mereka yang terlibat dan mendukung dalam kegiatan ekspedisi.

2. Laporan

Seperti biasanya semua kegiatan apalagi yagng berskala besar sudah layaknya mempertanggungjawabkan terhadap apa yang telah dilakukan dalam bentuk sebuah laporan baik itu berupa laporan pemetaan, laporan hasil penelitian, laporan pemanjatan dan laporan-laporan dari team pendukung lainnya.

3. Evaluasi akhir kegiatan

Untuk melihat kinerja kepanitian maka diperlukan evaluasi keseluruhan kepanitian baik itu non teknik dan teknis, apakah yang telah dilakukan mengalami kemajuan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan atau malah sebaliknya. Jadi evaluasi itu adalah mengulas semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dari pra sampai dengan pasca pelaksanaan dan memberikan solusi atau jalan keluar untuk kedepannya nanti agar dapat meningkatkan kualitas kinerja kegiatan ekspedisi selanjutnya yang lebih baik lagi.

4. Presentasi

Dalam kegiatan presentasi ini, kita akan menjelaskan suatu perjalanan mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai pada evaluasinya. Agar kegiatan kita banyak diketahui oleh orang lain maka perlunya menyebarluaskan informasi tentang keberhasilan atau kegagalan dan ini juag supaya pihak-pihak kerjasama percaya dengan apa yang telah kita lakukan. Dan tentang informasi inilah yang akan menjadi pengertian presentasi dan lewat presentasi inilah kita akan mengetahui semuanya apakah suatu perjalanan itu berat untuk dilaksanakan dan bisa digunakan sebagai acuan oleh orang lain.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan apabila kita melakukan presentasi :

1. Presentator

Presentator harus memberikan informasi dan gagasan yang dapat dimengerti oleh audience. Presentator seharusnya jujur dalam mengetahui hal-hal yang sebenarnya terjadi dilapangan. Mengetahui ruang lingkup pengetahaun dengan pengalaman yang di dapat.

2. Pesan

Pesan sebaiknya mudah dimengerti dan jelas. Pesan diharapkan bisa membangkitkan audience untuk melakukan hal yang minimal sama dengan presentator dan memberikan saran dan cara dalam penyampaiannya.

3. Media

Media adalah alat atau tempat untuk menyampaikan presentasi agar jalannya presentasi nanti dapat menarik minat para audience contohnya dengan menggunakan alat-alat presentasi denga media elektronik.

4. Audience

Audience adalah bisa masyarakat luas, pencinta alam, pihak sponsor, pihak intern maupun ekstern mapala.

BAB 1V

4.1 Kesimpulan

1. Pengelolaan ekspedisi khusunya panjat tebing secara sistematik adalah kunci sukses suatu keberhasilan.

2. Kesiapan atlet merupakan salah satu factor yang menetukan ekspedisi itu dilaksanakan.

3. Manajemen ekspedisi panjat tebing bisa diterapkan pada setiap kegiatan panjat tebing yang dilakukan.

4. Sesama atlet harus merasa terlibat aktif dan bertanggung jawab atas keberhasilan maupun kegagalan eksedisi.

5. Ekspedisi panjat tebing berguna untuk informasi bagi para khalayak banyak.

4.2 Saran

1. Diperlukannya pengetahuan tentang manajemen ekspedisi agar kegiatan yang dilakukan lebih terarah dan membawa dampak positif terhadap penggiat maupun kelestarian alam dan masyarakat.

2. Perlunya pembekalan pengetahuan dan latihan yang cukup sebelum melakukan aktifitas alam bebas.

3. Perlunya publikasi ekspedisi karena mempunyai nilai jual terhadap kegiatan dan mempunyai prospek untuk kegiatan selanjutnya.

4. Hendaknya pada ekspedisi panjat tebing mempunyai muatan nilai keilmuan.

Daftar pustaka

Mapalaska, Diktat Materi temu Wicara dan Kenal Medan mapala seindonesia, jogjakarta,1996

Harahap Zulfikar A.B, manajemen ekspedisi penelusuran goa, jogjakarta,2001

Woodcock mike,team development manual,

k.f. dyer, human sporting perfomance

www.sabhawana.com, manajemen persiapan perjalanan alam bebas,

Tidak ada komentar: